Jumat, 15 Januari 2016
Ceritanya Anna
Momen bahagia sehari pakai toga.. he..he.. |
Di LPK Hangeul aku
mulai mengajar bahasa Indonesia untuk orang Korea yang ingin belajar bahasa
Indonesia. Seok Che Byun atau biasa aku memanggilnya Mas Che adalah murid
pertamaku. Kalau dikatakan murid mungkin sedikit agak lucu, karena usiaku lebih
muda jauh darinya. Di kelas kita memang belajar secara formal, tapi di luar
kelas kita lebih seperti teman. Karena Mas Che juga hobi untuk bercerita, aku akhirnya
merasa lebih banyak belajar darinya mengenai kebudayaan korea. Apalagi saat itu
masih booming sekali drama korea dan juga boyband dan girlband
dari korea. Meskipun bukan salah satu dari penggemar fanatik untuk hal-hal yang
berbau korea, tapi sedikit banyak aku juga ikut hanyut dalam korean wave.
Bahkan saat itu, disela-sela kesuntukkan dalam mengerjakan skripsi aku sering
menghabiskan waktu ber jam-jam untuk menonton drama korea. Jadi, ketika
akhirnya ketika dihadapkan pada orang korea yang ingin sekali belajar bahasa
Indonesia aku sedikit agak gregetan. Kenapa anak muda Indonesia justru heboh
dengan Korea sedangkan orang Korea sendiri sangat ingin belajar Bahasa
Indonesia. Tapi dengan melihat dan mendengar sendiri semangat orang asli Korea dalam mempelajari Bahasa Indonesia
akhirnya aku semakin mencintai Bahasa Indonesia, dan bangga di lahirkan menjadi
anak Indonesia.
Beberapa bulan
mengajar di LPK Hangeul aku merasa masih belum cukup untukku, aku ingin
melanjutkan study ke jenjang S2. Apalagi saat itu aku berada di Jogja, kotanya
para pelajar. Akhirnya aku mencari jalan dengan mengajukan beasiswa. Sembari
menunggu pengumuman untuk beasiswa aku masih mengajukan lamaran kerja ke
sekolah-sekolah. Aku memiliki impian kalaupun nanti belum bisa kuliah dengan
beasiswa, aku tetap ingin melanjutkan
kuliah sambil bekerja. kemudian aku
mendaftar di UNY. Kampus yang sebenarnya aku impikan untukbisa
melanjutkan S2. Manusia itu memang hanya bisa berencana, tapi Allah lah yang
menentukan takdirnya. Saat LOA untuk masuk UNY sudah diterima, ternyata
beasiswa yang aku ajukan gagal di tahap wawancara. Dan keinginan untuk tetap
melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri juga kandas karena sesuatu hal yang
terjadi di luar dari rencana sebelumnya. Aku merasa saat itu adalah pelajaran
yang amat sangat berharga yang ternyata aku amat sangat syukuri di kemudian
hari. Disaat kondisi yang sedang kurang
baik untukku saat itu, aku menemukan program SM-3T (Sarjana Mendidik daerah
Terdepan, Terluar dan Tertinggal) dan akhirnya memutuskan untuk mengajukan
aplikasi untuk program tersebut di LPTK UNY.
Namun, aku juga tidak berani berharap banyak untuk bisa lolos di program
ini karena aku berasal dari perguruan tinggi yang jauh dari LPTK UNY. Jadi, ketika memang belum pada tahap pegumuman aku
mendapat panggilan mengajar di sebuah sekolah berbasis pendidikan islam aku
memberanikan diri untuk menerima tawaran tersebut.
Mereka yang membuatku selalu rindu ESLUHA |
Sembari menunggu
proses SM-3T, selain mengajar di LPK Hangeul aku memulai hari-hariku di sekolah
ESLUHA SMART Sleman. Mulai masuk di lingkungan baru yang amat sangat religius,
memberikan kesan dan pelajaran tersendiri bagiku. Kekeluargaan yang sangat
kental di lingkungan ESLUHA membuatku merasa memiliki keluarga baru disana.
Jika dihitung dengan hari, memang sangat singkat untukku berada di
ESLUHA.Namun, singkatnya waktu tidak menutup kesempatanku untuk belajar banyak
hal dari sana.
Sesaat sebelum keberangkatan menuju Merauke. |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Guru Ana~ Aku merasa berterima kasih. Ana adalah guru pertama dan paling baik. Semoga kita bisa bertemu lagi.
Mas Che... Sama-sama, terimakasih. Mas Che juga baik banget. Aamiin, semoga kita bisa bertemu lagi ^^
Posting Komentar